Breaking News

Buletin Al Ma’un Edisi 42

Kiai Romli Tamim: Oase di Tengah Gurun

KH Muhammad Romli Tamim adalah salah satu putra dari empat putra Kiai Tamim Irsyad (seorang Kiai asal Bangkalan Madura). KH Muhammad Romli Tamim lahir pada tahun 1888 di Bangkalan Madura.

Di masa kecilnya, selain belajar ilmu dasar agama dan Al Qur’an kepada ayahnya sendiri juga belajar kepada kakak iparnya yaitu KH Kholil. Setelah belajar agama dari keluarga sendiri, pemuda Romli berangkat menuju Madura untuk belajar kepada guru ayahnya, Saikhona Kholil Bangkalan. Di sinilah Romli belajar banyak tentang agama. Ilmu alat nahwu-shorof dan tasawuf menjadi menu hidupnya sehari-hari.

Setelah dirasa cukup belajar kepada Kiai Kholil Bangkalan, beliau melanjutkan belajar ke Pesantren Tebuireng langsung dibawah asuhan Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari.

Pada tahun 1919 Kiai Romli melanjutkan belajarnya di tanah suci Mekkah selama satu tahun. Setelah kembali ke Tebuireng, gelar kiai melekat erat dalam nama beliau (Kiai Mohammad Romli Tamim).

Kiai Romli Tamim adalah seorang kiai yang sangat alim, sabar, wara’, faqih, sufi murni, mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang. Di antara murid-murid beliau yang terkenal dan menjadi kiai besar ialah KH Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), KH Muhammad Utsman Ishaq (Sawahpuluh Surabaya), KH Shonhaji (Kebumen), KH Imron Hamzah (Sidoarjo).

Di samping seorang mursyid, Kiai Romli juga produktif dalam menulis kitab. Di antara kitab-kitab karangan beliau ialah: al Istighotsah bi Hadrati Rabbi al Bariyyah, Tsamratu al Fikriyah, Risalah al Waqi’ah, dan Risalah ash Shalawat an Nariyah.

Beliau wafat di Rejoso pada tanggal 16 Ramadlan 1377 H. atau tanggal 6 April 1958 M.

Menyusun Wirid Istighasah

Kata Istighatsah adalah bentuk masdar dari fi’il madli “Istaghatsa” yang berarti mohon pertolongan. Secara terminologis, Istighasah berarti bacaan wirid tertentu yang dibacakan untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT atas segala problematika kehidupan yang dihadapi.

Di kalangan masyarakat Indonesia, istighatsah baru dikenal luas pada tahun 1990-an. Di Kalangan murid tarekat, khususnya Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Dalam tradisi masyarakat Indonesia, istighatsah menjadi salah satu ajaran yang diamalkan secara rutin dalam banyak kesempatan. Tak banyak yang tahu bahwa penyusun amalan fenomenal ini adalah Kiai Romli Tamim.

Susunan (tartib) istighasah terangkum dalam kitab karangan beliau “al-Istighatsah bi Hadrati Rabb al-Bariyyah” (tahun 1951). Kemudian pada tahun 1961 diterjemah ke dalam bahasa Jawa oleh putranya KH Musta’in Romli.

Wirid Istighotsah ini ibarat oase di tengah gurun. Kiai Romli seolah mengajak umat muslim untuk sejenak mengingat Allah dalam lantunan-lantunan dzikir di tengah panasnya dunia dengan berbagai kemelut duniawi.

Sumber:
www.tebuireng.online
Muhammad Abror Rosyidin

Comments

comments

Pages ( 3 of 3 ): « Previous12 3