Empat Ruh Islam dalam Kehidupan
Manusia mempunyai peran cukup penting di dunia. Kondisi baik dan buruk kehidupan di dunia tergantung pada baik buruknya perilaku manusia sebagai penghuninya. Inilah tugas manusia selaku seperti yang diterangkan Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 30 yang dilanjutkan dengan ayat 31.
Artinya: (30) Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (31) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (asma’) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Maksud kata khalifah dalam ayat di atas adalah manusia. Sedangkan kata asma’ dalam ayat selanjutnya bermakna ‘nilai’. Maksudnya, Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi sebagai ‘manifestasi’ Allah SWT yang berkewajiban mengembangkan asma’ (nilai) ilhiyah. Di antara ‘nilai-nilai ilahiyah di muka bumi adalah wujudnya keberagaman makhluk baik binatang ataupun tumbuhan. Misalnya ayam ada ayam kate, ayam pedaging, ayam jawa dan lain sebagainya. Tumbuhan apalagi, anggrek saja mempunyai berbagai varian, jenis rumput-rumputan. Begitulah sunnatullah yang selalu menjadikan sesuatu dengan beragam. Apalagi manusia, Allah SWT menjadikan manusia dalam berbagai etnis, ras, bangsa, suku, bahasa, status sosial dan sebagainya. Hal itu merupakan manifestasi Allah SWT sebagai rabb bagi alam semesta (rabb al-‘aalamin).