Breaking News

Buletin Al Ma’un Edisi XXXIX

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas akan menentukan jenis wawasan kemanusiaan yang akan melandasi kebangunan kembali peradaban Islam. Kita telah melihat bagaimana Romawi yang terlalu menitikberatkan wawasan kemanusiaannya pada aspek pengorganisasian hidup manusia dalam deretan aturan yang berlebih-lebihan, akhirnya kehilangan kekuatan yang justru mendukung kebesaran organisasi kehidupan itu sendiri. Hal itu terjadi karena mereka tidak lagi mengetahui kegunaan upaya melestarikan imperium yang serba menindas dan merampas atas nama peraturan itu. Kita pun telah mampu menebak nasib peradaban industrial dari negara-negara superpowers sekarang ini di kemudian hari, karena kehebatan teknologi dan kerapihan manajerial yang mereka miliki tidak didukung oleh solidaritas tulus dan kepekaan yang timbul dari kesamaan nasib antara mereka yang kaya dan miskin, antara petani/pekerja dan kaum industrialis pemilik modal, dan antara birokrasi pemerintahan yang kaku dan “orang kecil” yang sedianya memperoleh pelayanan darinya tetapi ternyata tidak.

Petro-dolar yang dimiliki negara-negara Arab memang berhasil sedikit banyak memegang satu dua aspek dari peradaban Islam masa mendatang berdirinya masjid-masjid dan pusat-pusat agama Islam di berbagai ibukota dunia, kampanye literatur yang luas untuk memperkenalkan ajaran Islam, pembiayaan cukup baik sejumlah lembaga-lembaga pendidikan Islam (terutama di negara-negara berkembang) dan sebagainya. Potensi kekuatan petro-dolar ini tidak dapat dianggap kecil, kalau dilihat dari sudut lain. Ia adalah salah satu jawaban konkret terhadap tantangan kebangunan kembali ajaran-ajaran banyak agama lain. Karenanya, seringkali pola pengembangan yang dilaksanakan oleh negara-negara petro-dolar itu yang di ambil begitu saja oleh masyarakat-masyarakat muslim yang kebetulan menikmati bantuan mereka.

Penguasa-penguasa agama dari negara kaya itu lalu bertindak selaku penetap dan penjaga moralitas universal bagi kaum muslimin di seluruh dunia, walaupun di tempat asalnya legitimitas claim itu belum dapat dibuktikan secara tuntas; kegagalan mereka untuk menciptakan struktur masyarakat yang lebih adil, kegagalan untuk menciptakan demokrasi dalam arti yang sesungguhnya, kegagalan menciptakan solidaritas tulus dan rasa kesamaan nasib di kalangan semua warganya, dan seterusnya.

Di wilayah-wilayah lain belum jelas bagaimana wawasan kemanusiaan yang dimiliki Islam akan berkembang. Di kepulauan Nusantara misalnya, kaum muslimin baru mencapai tingkat ketergopohan menegakkan manifestasi Islam dalam sejumlah ritus pengganti yang berbentuk kemeriahan lahiriah, seperti MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an), deretan kuliah subuh dan peringatan-peringatan hari besar Islam, berbagai bentuk upacara ketasawufan (seperti upacara haul/peringatan kematian, yang sebegitu jauh bahkan telah menembus benteng-benteng pertahanan yang menolaknya di masa lalu, seperti Pesantren Tebuireng), berbondong-bondong orang menunaikan ibadah haji dan sebagainya. Peninjauan atas wawasan kemanusiaan yang tuntas belum lagi terlaksana, perjuangan mahasiswa untuk membebaskan bangsa dari penindasan, upaya menegakkan hukum oleh kelompok-kelompok kecil, proyek-proyek konkret untuk mengangkat mayoritas bangsa dari dera kemiskinan dan kehinaan, untuk menyebut beberapa contoh saja. Upaya yang masih berlingkup serba terbatas dan baru berada pada taraf permulaan itu pan masih sering dilakukan secara bermain-main, atau untuk memenuhi ambisi perseorangan belaka.

Di kawasan anak benua India, manifestasi kehidupan beragama Islam jastru sedang berada pada persimpangan jalan yang menentukan penerapan norma keragaman secara berlebih-lebihan, seperti terbukti dalam kasus Ali Bhutto[7] dan pengusiran beberapa cendekiawan yang berani melakukan kontemplasi yang jujur dan bebas. Di berbagai negara Afrika dengan penduduk mayoritas Islam, keadaannya juga tidak lebih baik, Islam masih tergantung pertumbuhannya kepada siapa yang kebetulan memerintah.

Jelas dari yang diutarakan di atas, bahwa wawasan kemanusiaan yang akan ditampakkan Islam nanti masih belum jelas identitasnya. Walaupun hal ini patut disayangkan, tetapi sebenarnya ada hikmah yang tersirat dalam kenyataan ini, yakni tantangan bagi kita semua untuk menumbuhkan wawasan kemanusiaan yang lebih relevan dengan kebutuhan universal dari kehidupan umat manusia di kemudian hari.

***

Catatan kaki:

[1]Dr. Sedjatmoko adalah salah seorang intelektual bangsa Indonesia yang mendunia. Terkenal dengan gagasan dimensi manusia dalam pembangunan di masa Orde Baru. Karena gagasan itu dia terpilih sebagai Rektor Universitas Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tahun 1980 yang ermarkas di Tokyo, Jepang. Soedjatmoko meninggal pada 1989 pada usia 67 tahun.

[2] Refleksi Soedjatmoko tentang soal-soal perubahan sosial, kebudayaan, pembangunan, dan termasuk di dalamnya peranan agama dapat dilihat dalam kumpulan-kumpulan tulisannya yang telah dibukukan. Di antaranya Dimensi Manusia dalam Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1983 dan Etika Pembebasan; Pilihan Karangan tentang Agama, Kebudayaan, Sejarah dan Ilmu Pengetahuan, LP3ES, Jakarta, 1984. Pemikiran-pemikirannya sangat kental dengan praksis pembebasan itulah yang telah menempatkan Soedjatmoko dalam posisi sebagai seorang huminis.

[3]Ayatullah Ruhullah Khomeini (1900-1989) adalah inspirator sekaligus pemimpin revolusi Iran 1979 dengan menggulingkan pimpinan Iran waktu itu, Syah Iran Reza Pahlevi. Khomeini kemudian menjadi pemimpin spiritual Iran hingga akhir hayatnya.

[4]Syah Reza Pahlevi adalah Shah atau raja Iran, dinasti Reza Pahlevi. Ayahnya dikenal Reza Khan, karena pada Perang Dunia II berpihak kepada Jerman, maka setelah kemenangan Tentara Sekutu dibuang ke Afrika Selatan dan anaknya, Reza Pahlevi menggantikannya atas dukungan Tentara Sekutu. Namun, ia kemudian menjadi boneka Inggris dan Amerika Serikat dan digulingkan pada revolusi Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatullah Ruhullah Khomeini.

[5]Mustafa Mahmud yang lahir pada 1921 adalah seorang ahli bahasa, sastrawan dan penulis mesir yang sangat produktif dan kritis terhadap ide-ide keagamaan. Beberapa karangannya antara lain al-Adab al-Arabi fi Misr min al-Fath al-Islami ila Nihayat Asr al-Ayyubi, Nur tahta al-Ramad, Qurain Kain Hayy, Rajul tahta al-Sifr;Ruh wa al-Jasad.

[6]Daniel Bell, seorang sosiolog kelahiran dataran rendah tepi Timur Manhattan 10 Mei 1919. Banyak karya-karya brilian yang ditelurkan. Karya-karyanya antara lain The End of Ideology tahun (1960), The Coming of Post-Industrial Society (1973), The Cultural Contradictions of Capitalism, (1976).

[7]Zulfikar Ali Bhutto (1928-1979) adalah salah seorang pemimpin negara Pakistan paling dihormati. Ia malang melintang di cabinet Pakistan selama karier politiknya. Pendiri dan pemimpin partai yang cepat besar PPP (Pakistan Peoples Party). Perdana menteri sebelum digulingkan dan kemudian dipenjarakan oleh Jenderal Zia ul Haq melalui kudeta. Anaknya, Benazir Ali Bhutto kemudian menjadi politisi terkemuka dan sempat menjadi Perdana Menteri.

Comments

comments

Pages ( 3 of 3 ): « Previous12 3