Menjelang pelaksanaan Kado Maulid untuk Guru Ngaji, selain persiapan teknis, penggerak LAZIM juga memperkuat bekal non teknis. “Kami rutin memperdalam pengetahuan mengenai apa yang LAZIM programkan, termasuk kado maulid” ungkap Direktur LAZIM, Imam Chasoni. Secara teknis, untuk mempermudah pertukaran pengetahuan, penggerak LAZIM membuat group Whatsapp.
Kemarin, Selasa (05/01/2016) pagi berlangsung diskusi yang hangat mengenai makna ‘Milad’, ‘Maulid’, dan ‘Maulud’. Diskusi diawali posting-an Irwan Sujatmiko yang menceritakan bahwa dirinya baru menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dalam sesi ceramah agamanya terungkap perbedaan kata ‘Milad’, ‘Maulid’, dan ‘Maulud’.
Beragam tanggapan kemudian bermunculan. Moh.Zikky mencoba memberikan penjelasan dari sudut pandang Nahwu-Shorof. “Milad itu masdar-nya (kelahiran), Maulid itu isim zaman/makan-nya (waktu/tempat kelahiran), sedangkan Maulud itu isim maf’ul (yang dilahirkan)” ungkap alumus Darmstadt University of Applied Sciences (Jerman) yang juga pernah nyantri di Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo tersebut. Lain lagi dengan Muhammad Tarmudi, dengan sedikit bercanda ia mengatakan bahwa kurang pantas jika menyebut Milad Nabi Muhammad SAW. “Kalau ‘Met Milad Sayang’ itu sekarang lagi trend” ujarnya.
Diskusi berlanjut hingga siang hari. Tepat pukul 13.18 WIB, tanggapan yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Adalah Muhammad Arif Widodo, Dewan Syariah LAZIM, memberikan penjelasan yang cukup lugas. Berikut kami capture penjelasan beliau :
Dalam konteks penggunaan kata, ‘Milad’ lebih sering (kalau tidak mau menyebut selalu) bergandengan dengan angka, misalnya : “Milad ke-100”. Sedangkan kata ‘maulid’ dan ‘maulud’ senantiasa diikuti kata ‘Nabi Muhammad SAW’ atau ‘Rasul’.
Alhamdulillah, momen akhir diskusi cukup melegakan penggerak LAZIM, di mana tiap tahunnya menyelenggarakan program ‘Kado Maulid’. Sebagaimana berita sebelumnya, besok, hari Minggu, 10 Januari 2016, LAZIM akan menyelenggarakan Maulid Nabi Muhammad SAW di mana salah satu sesinya berupa penyerahan Kado Maulid untuk Guru Ngaji. Lokasinya di TPQ Al-Muabrok, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep. Paket kado maulid senilai Rp 350.000,- per guru ngaji. Panitia tetap menerima donasi hingga hari Jumat, 8 Januari 2016. “Lepas hari Jumat, donasi akan kami salurkan pada program lain (selanjutnya” ujar Irwan Sujatmiko selaku ketua panitia.