GHAIRAH
Boleh jadi “gairah”–seperti banyak kata kita yang lain–berasal dari kata dalam bahasa Arab ghairah, atau sering dikaprahucapkan menjadi ghirah. Namun ada sebagian nuansa makna ghairah yang agaknya tak terbawa dalam kata gairah. Menurut kamus kita, gairah hanya berarti: keinginan (hasrat, keberanian) yang kuat. Sedangkan ghairah lebih dari itu. Ia mengandung arti semangat, cemburu, kejantanan, dan bela.
Rasa ghairah-lah yang membuat kita, misalnya, berusaha terus menjaga apa atau siapa yang kita cintai agar tetap baik atau agar menjadi semakin baik. Menutupi aibnya bila ada, melindunginya, membuat kita marah bila sedikit saja dia diganggu orang, bahkan bersedia mati untuk itu. Ghairah bersumber dari rasa cinta yang kuat. Karena itu, ia bisa lebih dekat kepada nafsu bahkan dikuasainya, dan bisa jauh dari akal sehat atau bahkan melawannya.
Rata-rata orang, karena kecintaannya, mempunyai ghairah terhadap istrinya. Tapi sikap yang tampil pada masing-masing pribadi akibat rasa ghairah itu ternyata berbeda-beda. Tergantung “macam” dan seberapa besar cintanya. Tentu saja tergantung pula pada matang-mentahnya pribadi yang bersangkutan dan pengenalannya terhadap pasangan yang di-ghairah-i. Ada misalnya, yang terbawa oleh ghairah-nya yang besar, tega membunuh orang yang mengganggu istrinya, bahkan sampai tega membunuh istrinya itu sendiri pula. Tapi ada juga yang bersikap lebih dingin. Menilik lebih dahulu duduk perkaranya, benar-tidaknya gangguan yang dialami sang istri, dan sejauh mana gangguan itu. Kemudian baru bersikap memperingatkan, atau mengajak berbicara secara baik-baik, atau mengambil keputusan yang lebih tegas lagi. Namun ada pula yang karena ghairah-nya, justru hanya memusatkan perhatiannya kepada istrinya, berusaha bagaimana agar sang istri tetap terjaga, tidak diganggu atau tahan berbagai gangguan. Bahkan ada yang kepercayaannya–berkat pengenalannya–terhadap istrinya semakin besar, sehingga tampak seperti tidak mempunyai ghairah sama sekali.