Momentum Berdialog Dengan Diri Sendiri
Tidak terasa, bulan suci Ramadhan sebentar lagi akan hadir di hadapan kita. Sebuah perjumpaan yang selalu dinanti oleh setiap muslim.
Menurut sebuah hadits, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah r.a., jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka pintu neraka ditutup, dan setan-setan dirantai. (Dalam hadits ini redaksinya memang berbunyi “sulsilatisy-syayathin”, “setan-setan dirantai” bukan “disekap”, “dipenjara”, atau “ditawan” misalnya. Renungkanlah perbedaannya!).
Betapapun mata kelu kita tak mampu menampak pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka, dalam bulan Ramadhan kita bisa merasakan perbedaan suasana hari-harinya. Suasana istimewa yang tidak kita rasakan pada hari di bulan-bulan lain. Kita jadi sering bertemu antara sesama, dengan keluarga, dan dengan diri kita sendiri, dalam situasi khas yang sulit kita lukiskan.
Pada bulan penuh berkah tersebut, suasana di luar dan terutama di dalam diri kita–suasana batin kita–rasanya sangat mendukung peningkatan mutu keimanan, keberagamaan, dan kemanusiaan kita. Kita dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Al-Khaliq Yang Maha Pengasih.
Pada saat-saat seperti itu, kita mempunyai peluang sangat baik untuk membuat jarak dengan diri kita sendiri, lalu mengadakan dialog yang sangat pribadi. Kita dapat melakukan koreksi agak lebih detail dan lebih teliti bagi peningkatan kualitas kekhalifahan dan sekaligus kehambaan kita. Tanpa membuat jarak terhadap diri sendiri sedemikian rupa, kiranya sulit dibayangkan kita dapat melakukan penilaian-penilaian intern diri menurut ukuran-ukuran yang mendekati objektif.