Breaking News

Buletin Al Ma’un Edisi XXXI

Ibadah Haji:

Pengamalan Nilai-Nilai Kemanusiaan Universal

Labbaikallhumma Labbaik. Labbaika Laa Syarikalaka Labbaik.
Innalhamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulk. Laa Syarikalak.”
________________________

Saat ini kita telah memasuki bulan Dzulhijjah. Bulan yang juga sering disebut sebagai bulan haji. Penyebutan tersebut karena syari’at rukun islam yang kelima, yakni ibadah haji memang adanya di bulan Dzulhijjah ini.

Ibadah haji dikumandangkan oleh Nabiyullah Ibrahim a.s. sekitar 3.600 tahun lalu. Sesudah masa beliau, praktik-praktiknya sedikit atau banyak telah mengalami perubahan, namun kemudian diluruskan kembali oleh Baginda Rasulillah Muhammad Saw. Salah satu yang diluruskan itu adalah praktik ritual yang bertentangan dengan penghayatan nilai kemanusiaan universal.

Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 199 menegur sekelompok manusia (yang dikenal dengan nama al-hummas) yang merasa memiliki keistimewaan sehingga enggan bersatu dengan orang banyak dalam melakukan wuquf. Mereka wuquf di Muzdalifah sedangkan orang banyak di Arafah. Pemisahan diri yang dilatarbelakangi oleh perasaan superioritas dicegah oleh Al-Qur’an dan turunlah ayat tersebut: Bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 2: 199).

Salah satu bukti yang jelas tentang keterkaitan ibadah haji dengan nilai-nilai kemanusiaan adalah isi khutbah Nabi Saw. pada haji Wada’ (haji perpisahan) yang intinya menekankan: (a) persamaan; (b) keharusan memelihara jiwa, harta, dan kehormatan orang lain; (c) larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah baik di bidang ekonomi maupun bidang-bidang lain.

Kaitan ibadah haji dengan nilai-nilai kemanusiaan, tentu saja makna kemanusiaan dan pengamalan nilai-nilainya tidak hanya terbatas pada persamaan nilai kemanusiaan. Ia mencakup seperangkat nilai-nilai luhur yang seharusnya menghiasai jiwa pemiliknya. Ia bermula dari kesadaran akan fithrah (jati diri)-nya serta keharusan menyesuaikan diri dengan tujuan kehadiran di pentas bumi ini.

Kemanusiaan mengantarkan putra-putri Adam untuk menyadari arah yang dituju serta perjuangan mencapainya. Kemanusiaan menjadikan makhluk ini memiliki moral serta berkemampuan memimpin makhluk-makhluk lain dalam mencapai tujuan penciptaan. Kemanusiaan mengantarkannya menyadari bahwa ia adalah makhluk dwidimensi yang harus melanjutkan evolusinya hingga mencapai titik akhir. Kemanusiaan mengantarkannya untuk sadar bahwa ia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian dan harus bertenggang rasa dalam berinteraksi.

Makna-makna di atas dipraktikkan dalam pelaksanaan ibadah haji, baik dalam acara-acara ritual atau dalam tuntunan nonritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan, dan dalam bentuk nyata atau simbolik. Kesemuanya itu pada akhirnya mengantarkan jamaah haji hidup dengan pengalaman kemanusiaan universal. Berikut ini akan dikemukakan secara sepintas kilas beberapa hal yang berkaitan dengannya:

Comments

comments

Pages ( 1 of 3 ): 1 23Next »